Banyak gereja di Amsterdam yang kemudian beralih fungsi menjadi masjid, salah satunya adalah masjid Fatih yang kami datangi 2x yaitu malam hari pada hari pertama dan siang hari pada hari ke 2. Masjid Fatih ini sebelumnya adalah gereja Roma Katolik St.Ignatius, yang terletak di daerah Rozengracht pusat kota Amsterdam yang gampang dicapai dengan bus ataupun tram. Mencari masjidnya juga tidak sulit karena kelihatan dari luar, bangunan tinggi besar dan berwarna coklat tua.
Pintu masuknya adalah di samping kiri masjid, berwarna putih dan ada tulisan Fatih Moskee, ada jalan lorong kecil dan jangan keterusan ampe belakang, karena belakangnya adalah kedai kopi orang Turki, hihihi pertama kali masuk saya keterusan karena tidak tahu mana pintu masuk ke masjid, yang ternyata adalah pintu pertama sebelah kanan yang kita temui. Masuk ke dalam masjidnya dan buka sepatu serta letakkan di tempat sepatu, jangan letakkan di luar, ntar bisa hilang, begitu pesan salah seorang Bapak yang memandu kami masuk masjid.
Pertama kali datang saya bingung dimana tempat berwudhu wanita, karena yang di luar adalah tempat berwudhu laki-laki dan itu terbuka, saya sudah risih kalau harus membuka jilbab di tempat terbuka, apalagi banyak laki-laki yang keluar masuk ke kedai. Saya yakin sekali di Eropa ini pembagian tempat wanita dan laki-laki itu tegas, maka saya coba cari di dalam, yang ternyata tempat wanita adalah bagian belakangnya, menaiki beberapa buah tangga, tempatnya agak tinggi, dan ada tulisan women of section di pintunya. Jadi memang dipisah tempat berwudhu sekaligus tempat shalat wanitanya. Awalnya bingung euy nyari lampunya, soalnya serba gelap, saya ampe ngomong ama suami tuk nungguin saya di pintu sampai berhasil menghidupkan lampuπππ. Berhasil berwudhu mau shalat, eh kagak nemu lampu ruangan shalat wanitanya, mana gak ada orang buat ditanyain lagi, walhasil pasrah shalat di bagian belakang shaf laki-laki didampingi suami. Jadi pas lagi shalat dan ada laki-laki masuk masjid dan komentar ko saya shalat di sini, harusnya di atas, maka suami menjawab "My wife is afraid dark dan we dont find how to turn on the lights" maksudnya istri saya takut gelap dan kita gak nemu cara hidupkan lampuππ
Area wanita di bagian belakang |
Tulisan yang terdapat di pintu masuk area wanita, bahasa inggris, bahasa Belanda dan satu lagi mungkin bahasa jerman |
Hari besoknya shalat dzuhur dan ashar ke sini lagi, tapi karena siang dan terang, ya shalat di bagian wanitanya, gak seperti malam sebelumnyaππ. Dan saya menemukan 2 orang Indonesia juga yang selese shalat di sini. Oya masjid ini salah satu masjid terbesar di Amsterdam dan paling sering dikunjungi, mungkin karena letaknya ditengah kota dan gampang dicapai, plus penasaran dengan arsitektur bangunannya yang unik, kebayang dong bangunannya dibikin tahun 1929, dan berubah jadi masjid tahun 1981. Ditetapkan menjadi monumen kota Amsterdam dan merupakan masjid pertama di Amsterdam yang membuka pintu menjadi sebuah pameran seni.
Bagian dalam masjid, tempat shalat laki-laki menghadap ke arah kiblat |
Dahulunya adalah pintu masuk gereja, sekarang menjadi arah kiblat Masjid dan terdapat ornamen tulisan Allah dan Muhammad di dindingnya. Tampak siang dan malam |
Sejak perubahan dari gereja menjadi masjid, maka terjadi pula beberapa perubahan dari bangunan tersebut seperti arah kiblat bertolak belakang dari bentuk aslinya, dimana sekarang pintu masuk gereja lama adalah arah kiblat masjid, sehingga pintu tersebut di tutup permanen dan dibikin tulisan Allah dan Muhammad di dindingnya. Sebagai gantinya, pintu masuk dibikinkan di sampingnya yang menyatu dengan pintu masuk beberapa kedai kopi di samping dan belakangnya. Tetapi lukisan di atapnya masih peninggalan gereja lama, lukisan geometric, bukan gambar binatang atau manusia. Memang terasa seperti museum tapi masih aktif digunakan sebagai tempat shalat. Kalau ke Amsterdam, monggo singgah ya ke masjid yang sudah tua iniππ
~ Masjid ke 5 di Eropa
~ Masjid Fatih di Amsterdam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar